Bibit Ayam Broiler ~ Di antara bibit ayam broiler, terdapat perbedaan yang turut ditentukan oleh peternak atau lembaga yang mengembangkannya. Perbedaan itu umumnya terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi ransum, atau konversi ransumnya.
Pertumbuhan Ayam
Pertumbuhan ayam broiler pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi di masa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung dari perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut.
Pertumbuhan bibit yang cepat di masa awal (ini lebih sering terjadi) memang baik untuk kondisi di Indonesia yang umumnya memasarkan ayam pada umur 5-6 minggu karena sangat membantu manajemen peternakan dalam mencapai sasaran yang telah direncanakan. Apabila pertumbuhan yang cepat terjadi di masa akhir, peternak harus lebih memperhatikan waktu pemasarannya.
Peternak juga harus memperhatikan faktor penunjang lainnya seperti ransum. Pertumbuhan yang cepat sebenarnya berkorelasi dengan konsumsi akan ansum yang menjadi lebih banyak, tingkat mortalitas bibit yang tinggi, atau penumpukan lemak yang meningkat di akhir masa pemeliharaan. Hal ini tentu akan berdampak terhadap konversi ransum dan biaya produksi.
Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, sebaiknya peternak harus memperhatikan konsumsi ransum dan mortalitasnya serta terus melakukan pengawasan dengan menjalankan fungsi pengendalian dan fungsi pengawasan.
Dengan demikian, kelemahan bibit bisa ditekan sekecil mungkin, tanpa harus menganggu penampilan ayam itu sendiri. Bila berbagai hal yang mendukung tersebut telah terpenuhi, kelemahan bibit yang muncul masih berada pada taraf yang normal atau berada di bawah 1 % saja, terutama terjadi pada ayam-ayam yang lemah saja.
Konsumsi Ransum
Pertumbuhan yang cepat memang dipengaruhi oleh konsumsi ransum yang banyak. Terlebih ayam broiler termasuk ayam yang senang makan. Bila ransum diberikan tidak terbatas atau ad libitum, ayam broiler akan terus makan sepuasnya hingga kekenyangan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap bibit ayam sudah ditentukan taraf konsumsi ransumnya pada batas tertentu sehingga kemampuan prima ayam akan muncul. Konsumsi inilah yang kemudian disebut sebagai konsumsi standar atau baku, yakni sesuai dengan arah pembentukan bibit.
Pemberian ransum ada yang lebih banyak di masa awal sedangkan di masa akhir biasa saja, atau sebaliknya. Ada juga yang relatif sedikit (komulatif) dari pada bibit lain, tetapi bobot tubuh atau pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentu akan menimbulkan kelebihan dan kelemahan yang biasanya muncul bila faktor atau lingkungan tidak mendukung. Sementara bila lingkungan baik, penampilan yang ditunjukkan ayam akan lebih baik pula.
Konversi Ransum
Dari masa ke masa, konversi ransum selalu diperbaiki oleh banyak pembibit dan terus-menerus diperbaiki. Hal ini karena konversi ini melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi ransum. Harapan yang dikehendaki peternak adalah pertumbuhan yang cepat walau hanya dengan makanan yang sedikit, dalam artian jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat.
Hal ini mencerminkan efisiensi penggunaan pakan yang baik. Pertumbuhan yang cepat bermakna bahwa pertumbuhan ayam diusahakan sesuai dengan ambang atas genetisnya, sedangkan dari segi bisnis berarti waktu jual semakin cepat dicapai. Konversi inilah yang selalu diperbaiki dari masa ke masa oleh berbagai pembibit sesuai dengan kemampuan genetis ayam dan ditunjang dengan lingkungan yang baik.
Bila memperhatikan sudut konversi, sebaiknya dipilih angka konversi yang rendah. Namun, angka itu berada dari masa awal ke masa akhir karena di masa akhir pertumbuhan ayam menjadi lambat atau mulai menurun setelah umur 4 minggu, sedangkan ransumnya bertambah terus.
Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf
loading...
0 Response to "Bibit Ayam Broiler"
Post a Comment